HomeBlogInformasiVaginismus, Hamil dan Punya Anak

Vaginismus, Hamil dan Punya Anak

Vaginismus Bisa Hamil?

Kehamilan bermula dari sebuah proses bertemunya sel sperma (dari ejakulasi laki-laki) dan sel telur (dihasilkan oleh indung telur, dan berada di saluran telur dan rahim). Dalam prosesnya, sperma akan berenang mendekati sel telur untuk melakukan pembuahan.

Pada kasus vaginismus, penetrasi penis tidak dapat terjadi atau hanya sesekali saja bisa terjadi. Oleh sebab itu, sperma dikeluarkan di bagian depan/luar vagina saja. Meskipun demikian, sperma tetap memiliki kemampuan untuk berenang ke dalam vagina untuk membuahi sel telur. 

Karena itulah, sebagian kecil pasien vaginismus bisa mendapatkan kehamilan. Kenapa dikatakan hanya sebagian kecil?

Apabila kita bandingkan, antara sperma yang dikeluarkan di dalam vagina dengan sperma yang dikeluarkan di depan vagina, maka tentu saja yang lebih berpotensi menghasilkan kehamilan adalah sperma yang dikeluarkan di dalam vagina. Faktor-faktor yang berperan adalah sperma sudah berada di tempat yang semestinya untuk memulai pembuahan, jarak tempuh berenang sperma yang lebih pendek dan suasana kimiawi di dalam vagina yang lebih mendukung.

Sperma yang dikeluarkan di luar vagina tetap bisa menciptakan kehamilan, tetapi kemungkinannya jauh lebih kecil dibandingkan sperma yang dikeluarkan di dalam vagina.

Apakah Penderita Vaginismus Bisa Ikut Program Hamil?

Bagi pasangan suami istri yang kesulitan memiliki anak, dan kebetulan tidak menderita vaginismus, maka program hamil bisa dengan mudah dilakukan begitu saja. Mereka biasanya sudah lebih dari satu tahun menikah, berhubungan seks rutin, dan tidak menggunakan kontrasepsi. 

Program hamil adalah sebuah upaya medis yang memungkinkan pasien dapat hamil dengan proses dan hasil yang segera dan terkontrol. Hal ini dimungkinkan dengan metode-metode yang membuat pasien berada pada kondisi paling optimal dengan probabilitas tertinggi untuk dapat hamil. 

Metode yang dilakukan sangat beragam, dari yang sederhana hingga yang kompleks tergantung dari latar belakang dan kendala yang dimiliki oleh pasangan tersebut. Paling ringan bisa berupa identifikasi masa subur, intervensi ovulasi dengan hubungan seks, inseminasi (penempatan sperma langsung di dalam rahim), hingga bayi tabung (penempatan sperma dan telur dilakukan di luar tubuh manusia, lalu hasil berupa embrio ditempatkan di dalam rahim).

Untuk mencapai keadaan tersebut, pasien harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang aksesnya melalui vagina, seperti pemeriksaan dengan jari dokter, USG transvaginal, dan pemeriksaan dengan spekulum. Apabila pasien dapat melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut berkali-kali secara lancar setiap saat, maka program hamil dapat dilakukan. 

Namun sayangnya, untuk penderita vaginismus hal tersebut hampir tidak mungkin dilakukan. Kalaupun program hamil dilakukan, biasanya banyak tahapan-tahapan pemeriksaan melalui vagina yang terpaksa tidak dilakukan, dan tentunya hal ini menyebabkan kualitas program hamil menjadi kurang optimal. 

Selain itu, pembiusan total saat inseminasi maupun bayi tabung seringkali terpaksa dilakukan. Tidak optimalnya beberapa tahapan tersebut secara langsung juga berimplikasi terhadap hasil yang diharapkan. Seringkali, program hamil yang dipaksakan pada penderita vaginismus, berpengaruh kepada rendahnya tingkat keberhasilan.

Bagaimana Proses Melahirkan untuk Penderita Vaginismus?

Penderita vaginismus yang sudah hamil seringkali berada pada situasi yang pelik. Mereka sangat takut untuk menghadapi proses persalinan, menginginkan untuk bisa melahirkan secara normal dan berharap akan sembuh dari vaginismus setelah melahirkan.

Hingga saat ini, belum ada satu pun bukti ilmiah maupun pengalaman yang menunjukkan bahwa seseorang sembuh dari vaginismus akibat proses persalinan normal. Malah sebaliknya, banyak kasus vaginismus sekunder muncul setelah proses melahirkan normal. Vaginismus sekunder merupakan keadaan seorang perempuan menjadi vaginismus padahal sebelumnya ia mengalami penetrasi secara normal tanpa kendala. Menurut penelitian, salah satu hal yang dapat mencetuskan vaginismus sekunder adalah proses persalinan normal. 

Kebanyakan ibu hamil memang menginginkan persalinan secara normal, namun sayangnya untuk penderita vaginismus, keadaannya tidaklah sesederhana itu.

Persalinan normal merupakan sebuah rangkaian proses yang panjang, di dalamnya ada unsur pemantauan kemajuan persalinan yang bertujuan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi selama proses persalinan berlangsung.

Persalinan melalui vagina bukanlah sekonyong-konyong pada suatu saat kepala bayi muncul dari vagina bagian depan dan siap untuk dilahirkan. Proses mules-mules persalinan dan pembukaan rahim sudah muncul jauh sebelum kepala bayi bisa keluar melalui vagina. 

Selama proses itu berlangsung, pasien harus bisa berkali-kali dilakukan pemeriksaan dalam melalui vagina (dua buah jari pemeriksa masuk ke vagina). Pemeriksaan dalam ini bertujuan untuk mengevaluasi unsur-unsur yang memastikan keselamatan persalinan, seperti pembukaan, arah perputaran kepala bayi, selaput ketuban, dan hal lainnya yang merupakan faktor penentu kelangsungan persalinan yang berhasil dan aman.

Apabila pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat dilakukan, maka persalinan melalui vagina dapat dilakukan. Namun apabila pasien tidak bisa dilakukan pemeriksaan dalam, maka jalannya persalinan menjadi tidak aman, sehingga akan sangat membahayakan keselamatan serta kesehatan ibu dan bayi.

Pada keadaan pasien yang sulit dilakukan pemeriksaan melalui vagina, operasi sesar adalah pilihan yang paling rasional untuk tetap menjaga kesehatan serta keselamatan ibu dan bayi.

Apakah Permasalahan Selesai Dengan Telah Memiliki Anak?

Pernikahan merupakan sebuah kebersamaan pasangan, yang di dalamnya terkandung unsur-unsur kebahagiaan yang mendasari. Unsur-unsur tersebut di antaranya adalah saling mencintai, berkasih sayang, bersama-sama dalam keadaan susah maupun senang untuk saling melindungi dan berbagi kebahagiaan, kenikmatan dalam hubungan seks, serta memiliki anak/keturunan.

Keseluruhan unsur tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan sama-sama menunjang keberlangsungan pernikahan yang harmonis. Tidak ada satu pun unsur yang lebih penting daripada unsur yang lain. Hubungan seks yang normal memang bukanlah satu-satunya landasan bertahannya pernikahan, dan begitu pula dengan memiliki anak. 

Ternyata bagi para perempuan yang masih menderita vaginismus (dalam hal ini masih memiliki kendala dalam penetrasi penis) dan telah memiliki anak, tetap merasa ada dalam masalah dengan masih adanya penetrasi penis yang berkendala dalam hubungan seks. Mereka tetap mencari pertolongan untuk penyembuhan vaginismusnya agar dapat mengembalikan fungsi normal vagina, sehingga tercapai hubungan seks yang dapat dinikmati secara menyeluruh.

Hubungan seks yang normal akan menciptakan hubungan interpersonal yang sehat dan membahagiakan antara suami dan istri, sehingga kualitas hidup masing-masing pasangan suami istri berada di titik yang terbaik.

dr. Robbi Asri Wicaksono, SpOG

LinkedIn Profile

Support Vaginismus

Respect Vaginismus

*tulisan ini pernah dimuat di www.addamhealth.co – Tiara Kirana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *